Saturday, December 18, 2010

Kebenaran Atas Dirinya

Kebenaran,sebuah kalimat yang sangat menarik.


Menurut Kierkegaard (1813-1855), kebenaran adalah masalah batin (inwardness), dan bukan pertama-tama masalah sesuatu yang berada di luar diri manusia. Baginya, kebenaran selalu berkaitan dengan subjek, yakni dengan diri yang memeluk dan meyakini kebenaran itu secara pribadi. Intinya, kebenaran adalah relasi manusia dengan kebenaran tersebut, dan bukan hakikat kebenaran itu sendiri.

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia (oleh Purwadarminta), ditemukan arti kebenaran, yaitu: 1. Keadaan yang benar (cocok dengan hal atau keadaan sesungguhnya); 2. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul demikian halnya); 3. kejujuran, ketulusan hati; 4. Selalu izin, perkenanan; 5. Jalan kebetulan.(http://www.forumkami.com/forum/pendidikan/11222-filsafat-ilmu-tema-kebenaran.html)

Kebenaran dapat dibagi dalam tiga jenis menurut telaah dalam filsafat ilmu, yaitu: a. Kebenaran Epistemologikal, adalah kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia, b. Kebenaran Ontologikal, adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada maupun diadakan. c. Kebenaran Semantikal, adalah kebenaran yang terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa.(http://www.forumkami.com/forum/pendidikan/11222-filsafat-ilmu-tema-kebenaran.html)

Karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri, maka setiap subjek yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang amat berbeda satu dengan yang lainnya, dan disitu terlihat sifat-sifat dari kebenaran. Sifat kebenaran dapat dibedakan menjadi tiga hal, yaitu:

1. Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan, dimana setiap pengetahuan yang dimiliki ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun. Pengetahuan itu berupa:
a. Pengetahuan biasa atau disebut ordinary knowledge atau common sense knowledge. Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang mengenal.
b. Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik dengan menerapkan metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan para ahli sejenis. Kebenaran dalam pengetahuan ilmiah selalu mengalami pembaharuan sesuai dengan hasil penelitian yang penemuan mutakhir.
c. Pengetahuan filsafat, yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafat, bersifat mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran analitis, kritis, dan spekulatif. Sifat kebenaran yang terkandung adalah absolute-intersubjektif.
d. Kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama bersifat dogmatis yang selalu dihampiri oleh keyakinan yang telah tertentu sehingga pernyataan dalam kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya.

2. Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya.
Implikasi dari penggunaan alat untuk memperoleh pengetahuan akan mengakibatkan karakteristik kebenaran yang dikandung oleh pengetahuan akan memiliki cara tertentu untuk membuktikannya. Jadi jika membangun pengetahuan melalui indera atau sense experience, maka pembuktiannya harus melalui indera pula.

3. Kebenaran dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan.
Membangun pengetahuan tergantung dari hubungan antara subjek dan objek, mana yang dominan. Jika subjek yang berperan, maka jenis pengetahuan ini mengandung nilai kebenaran yang bersifat subjektif. Sebaliknya, jika objek yang berperan, maka jenis pengetahuannya mengandung nilai kebenaran yang sifatnya objektif.(http://www.forumkami.com/forum/pendidikan/11222-filsafat-ilmu-tema-kebenaran.html)

Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa kebenaran itu bersifat subjektif,tidak objektif. Jika dilihat dari kehidupan sehari-hari sepertinya banyak orang yang merasa bersikap atas dasar kebenaran. Dalam koridor "kebenaran" juga seseorang bisa menghakimi bahkan menghukum orang lain, hal itulah yang menyebabkan berbagai masalah menjadi timbul.

Sebagai awam, hendaknya seseorang harus berhati-hati atas kebenaran, apalagi jika belum dibekali oleh ilmu, pengalaman, dan informasi yang cukup karena yang akan timbul adalah kebenaran diri bukan kebenaran yang sebenar-benarnya. Semoga, saya selalu bisa belajar untuk menahan diri ini untuk tidak merasa paling benar, walaupun sangat sulit tapi tak ada salahnya terus berusaha.

1 comment:

  1. kebenaran saya no comment

    *kebeneran yah itumah*

    ReplyDelete