Wednesday, February 15, 2012

Media ItuTak Bertulang


TVRI, RCTI, TvOne, MetroTV, Adalah salah satu diantara banyaknya stasiun televisi di Indonesia. Konsep yang disajikan masing-masing stasiun televisi pun berbeda-beda, mulai dari konsep TV berita ada juga yang berkonsep kelestarian budaya dan lingkungan.Tetapi, yang jelas hamper seluruh stasiun televise memiliki program berita masing-masing. Ada Sekilas Info di RCTI, Headline News di Metro TV, dan lain-lainnya.
Program berita menjadi salah satu program yang paling diminati pemirsa dirumah. Kebetulan ada 2 (dua) stasiun televisi yang menjadikan program berita menjadi program utamanya. 2 (dua) stasiun ini berlomba-lomba menyajikan berita secepat mungkin langsung dari sumber berita maupun langsung dari lokasi kejadian.
Menariknya pemilik 2 stasiun televisi ini adalah orang penting partai yang ada di Indonesia yang memiliki latar belakang dan kepentingan masing-masing. Yang satu ketua umum partai, yang satunya lagi ketua dewan Pembina partai. Hal inilah yang menjadi problem, yakni timbulnya keraguan akan independensi stasiun televise itu sendiri.
Tolak ukur independensi pers pada umumnya dan program stasiun televise pada khususnya yang kurang jelas membuat stasiun televise rentan terhadap intervensi pihak-pihak tertentu dalam membuat berita.
Mari kita bahas beberapa contoh berita/program acara yang patut dipertanyaka  independensinya dan yang seharusnya menggugah kita semua sebagai pemirsa untuk menganalisanya dan mengkritisinya, salah satunya sebagai berikut:
1.      Acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Acara yang sebelumnya bernama Jakarta Lawyers Club (JLC) memang acara yang cukup menarik, dengan host seorang wartawan senior acara ini membahas isu-isu terkini seperti kasus wisma atlet, kisruh PSSI sampai dengan kasusAfriyani semua dibahas setiap minggunya. Pembicara yang dihadirkan dating dari berbagai kalangan, mulaidari pengacara, penegak hukum, sampai politisi ikut ambil bagian di acara ini. Diskusi yang dihadirkan cukup menarik, dengan diselingi dengan debat yang cukup “panas” sampai dengan humor dari pembicara. Namun, hal yang perlu dikritisi adalah kenapa kasus Lumpur Lapindo Sidoarjo yang notabene dianggap kejadian besar di Indonesia tidak pernah diangkat menjadi isu yang dibahas diacara ini. Kenapa?
2.      Penayangan film dokumenterThe Holy Quran di Metro Tv disaat malam IdulFiri. Pada malam Idul Fitri beberapa saat yang lalu, stasiun Metro Tv menayangkan film dokumenter yang berjudul The Holy Quran. Film documenter membahas sejarah islam beserta tokoh-tokohnya dan menafsirkan beberapa ayat Al Quran. Judul film ini sepertinya tidak menggambarkan isi dari film itu sendiri. Ternyata, film iniberisi propaganda barat dan penghinaan kepada tokoh agama islam masalalu dan yang paling fatal adalah menampilkan tafsir Al Quran, yang ditafsirkan bukan oleh ahli tafsir islam, tetapi oleh professor dari Amerika Serikat. Sudah pasti, tafsir yang dihasilkansangat berbeda dengan apa yang umat islam kebanyakan bahkan cenderung menyudutkan islam. Film ini berpotensi sebagai alat adu domba antar umat beragama, tetapi kenapa Metro Tv menayangkan film ini malah disaatmalam Idul Fitri, Kenapa?
3.      Pemberian judul berita, “Laskar Mujahidin memukuli Seniman” di acara Apa Kabar Indonesia Malam pada kasusp emukulan di Bantul, Jogjakarta tanggal 15 Februari lalu.Judul yang tendensius, secara awam tergambarkan seakan-akan seniman itu halal badannya untuk dipukuli oleh mujahidin. Padahal kejadian sebenarnya adalah kelompok organisasi lascar mujahidin memukuli seorang pria yang mengaku seniman yang telah menghina agama islam. Jadi sebenarnya jelaspelakunya adalah individu/kelomkpok tertentu dengan alas an penghinaan terhadap agama.Coba bandingkan dengan berita dari lain yang kuarang lebih temanya hampir sama, seorang jurnalis Arab Saudi yang bernama Hamzah Kashgari yang terancam dihukum pancung karena menghina agama. Media-media disana memberitakan dengan jelas judulnya yakni, Jurnalis Arab Saudi Terancam di Pancung Karena Menghina Agama. Dengan variabel yang hampir  yang sama, tetapi kenapa diberitakan berbeda. Disana judul bias menjelaskan subtansi berita, tetapi disini judul mengaburkan berita bahkan memperkeruh suasana.Kenapa ?
Dari beberapa contoh diatas dapat disimpulkan tidak adanya indepensi yang mutlak dari media. Media dalam memberitakan sesuatu atau menayangkan program acara syarat akan kepentingan-kepentingan. Media cenderung bukan sebagai pemersatu tetapi cenderung memecah belah, ini yang wajib dikritisi bersama.Jadi, ada baiknya kita cerdas dalam menerima informasi berita, karena media belum tentu jujur dalam memberikan informasi berita kepada kita dan bias jadi tergantung kepentingannya. Bahwa ternyata bukan lidah saja yang tak bertulang, ternyata Media juga tidak bertulang. Mari bersama kita pantau media karena pepatah mengatakan, Jika Ingin Menguasai Dunia, Kuasailah Media.(www)

No comments:

Post a Comment