Tuesday, February 14, 2012

Pultol Educated = Wajib!!!


Dengan berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, mulai dari zaman “mesin ketik” sampai sekarang zaman “tablet”, banyak sekali perubahan perubahan yang terjadi, khususnya dalam perusahaan dan pekerjaan sehari-hari. Mulai dari menyobek kertas (karcis) manual, lalu dengan TCT (Toll Collector Terminal), yang paling anyar penerapan GTO (Gardu Tol Otomatis), dan dalam waktu dekat akan menerapkan sistem sensor kendaraan yang mengadopsi sistem ERP (Electronic Pricing System) di Singapura yang melakukan transaksi tanpa perlu membuka jendela kendaraan. Yang dituntut oleh zaman untuk kita minimaladalah adjustment (adaptasi), oleh karena itu diperlukan edukasi untuk menjadikan kita semua tanggap terhadap teknologi terbaru dan membuat kita mampu memahami dan mengaplikasikan setiap sistem terbaru yang dipakai oleh perusahaan.

“Pelayan” demikianlah istilah yang digunakan perusahaan untuk memposisikan diri dihadapan konsumen. Kita semua sepakat konsumen digambarkan sebagai “raja” bahkan dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu marketing dan manajemen, konsumen zaman sekarang malah digambarkan ibarat “dewa” dengan segala keistimewaan yang diberikan sehingga kita diharamkan untuk berbuat kesalahan sedikit pun.
Untuk itu semua, demi mencapai bahkan melampaui keinginan dan harapan konsumen, perusahaan hendaknya membekali petugas yang dalam hal ini pultol untuk dibekali dengan ilmu pengetahuan dan pelatihan, dan hendaknya pultol pun mau tidak mau harus menerima segala pembaruan yang bersikap teoritif maupun aplikatif, dimulai dengan merubah penggunaan kata ”pelayan” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti; orang yang melayani, babu, pembantu, yang terkesan tidak berpendidikan, bodoh, dan non formal  menjadi “pramumarga”, yaitu istilah yang dapat diartikan sebagai petugas jalan tol yang berkinerja ekselen, professional dan educated. Sehingga timbul rasa percaya diri pada diri pultol dengan menganggap diri sebagai petugas yang terbaik, dibidangnya, menganggap dirinya terpelajar, sehingga setiap aktifitas didalam maupun diluar pekerjaan akan diisi oleh jiwa professionalismeyang tinngi dan secara langsung maupun tidak langsung akan menghasilkan kinerja yang ekselen dan akan berkontribusi meningkatkan performa perusahaan secara umum.

-----------------------
Masalah pelayanan tidak dapat dipisahkan dalam pembicaraan mengenai bisnis dibidang Jasa.Peranan pelayanan sebagai produk utama dalam perusahaan jasa mempunyai salah satu fungsi yang penting yaitu sebagai modal utama yang menentukan maju mundurnya perusahaan dan penentu kelangsungan perusahaan kedepannya.
Dalam bisnis jasa pada umumnya, dan bisnis jalan tol pada khususnya bagaimanapun baiknya suatu struktur perusahaan dan rencana yang dibuat apabila pelayanan dilapangan tidak dapat memenuhi kepuasan pelanggan, maka tujuan dari perusahaan akan sulit tercapai. Oleh karena itu, perusahaan diminta terus memperbaiki mutu dan kualitas pelayanannya agar dapat memenuhi kepuasan publik (public satisfaction) sebagai konsumen.
Unit Pengumpulan tol pada perusahaan jalan tol khususnya PT. Jasa Marga beserta cabang dan anak perusahaan merupakan unit yang menjadi “etalase” perusahaan dan pultol adalah petugas terdepan yang langsung melayani pelanggan. Dengan segala situasi dan kondisi, pultol dituntut untuk melayani pelanggan dengan pelayanan terbaik atau jargon yang dikenal adalah pelayanan prima (pati-pati).
Istilah “Pelayan” adalah bahasa “doktrin” yang digunakan bagian operasional pengumpul tol untuk petugas pultol. Tetapi, apakah istilah “pelayan” itu masih relevan pada saat ini, yang notabene zaman modern yang dituntut untuk memberikan yang terbaik, hal ini perlu dikritisi dan Mengapa Pultol harus memiliki Integritas,lalu ada ada juga pertanyaan yakni, mengapa pultol harus educated? Padahal untuk jadi Pultol, anak SMP juga mampu!!, itulah pertanyaan dan pernyataan yang sering terucap, dan sering didengar dilingkungan perusahaan,untuk itu tulisan ini dibuat untuk menjelaskan mengapa Petugas Pengumpulan Tol berbasis Edukasi itu penting,





-------------------------

Facebook, Twitter, BBM, dan media sosial lainnya sudah menjadi elemen penting masyarakat Indonesia yang berdasarkan data statistik menjadi salah satu pengguna terbesar media social didunia. Tidak dipungkiri hal ini membuat sebagian besar masyarakat Indonesia termasuk karyawan yang seharusnya dalam menyelesaikan setiap persoalan memiliki Ability (kemampuan) untuk penyelesaian yang tepat, malah sekarang ini condong memiliki karakter “Abability” (dalam bahasan anak muda zaman sekarang disebut tidak memiliki kestabilan secara psikologis), ini problem besar bagi karyawan khususnya pultol untuk memberikan pelayanan prima yang disyaratkan memiliki integritas dan profesionalitas, hal seperti inilah dituntut edukasi untuk menyiasati fenomena ini.
Ketika seorang pultol menghadapi masalah hendaknya segera diselesaikan dengan baik sesuai dengan prosedur yang berlaku, permasalahannya sekarang masih banyak pultol yang apabila sedang ada permasalahan contoh bermasalah denga rekan sekerja, banyak pultol yang menyelesaikan persoalan melalui media social seperti facebook,. Padahal, hal ini bukanlah solusi yang baik karena malah akan memperkeruh suasana dan pada akhirnya akan mengurangi semangat bekerja dan akan berpengaruh pada kualitas pekerjaan karena ketidaknyamanan dalam bekerja. Namun, apabila pultol merasa dirinya terpelajar dan professional, pultol tersebut akan menyelesaikan permasalahan tersebut secara dewasa dengan yang bersangkutan, karena mereka sadar bahwa perselisihan akan membuat tingkat produktivitas menurun, hal ini juga dikatakan oleh Handi Irawan dalam bukunya Ketika Manajemen Berseteru.
Prinsip efektif dan efisien yang dianut perusahaan sepertinya filosofi dasar yang digunakan dalam penggunaan GTO (Gardu Tol Otomatis). Wacana yang berkembang dimasyarakat maupun internal perusahaan sendiri, dengan GTO maka jumlah tenaga manusia yang dimanfaatkan akan lebih sedikit dan memberikan nilai tambah bagi konsumen yaitu “praktis” dalam transaksi pembayaran tol. Wacana tersebut ada benarnya juga, namun mari kita lihat beberapa fakta yang ada sekarang ini salah satunya adalah sebagai berikut:
1.      Kultur sebagian besar masyarakat yang masih mempercayai dan tergantung terhadap uang kartal yang beredar adalah satu-satunya alat pembayaran yang paling aman. Sejarah mengatakan pada tahun 1964 saat pertama kalinya Hotel Indonesia mempelopori penggunaan kartu kredit/non tunai di Indonesia, walaupun pertumbuhan pesat namun faktanya sampai saat ini pembayaran non tunai belum bisa menggeser kepopuleran uang tunai.
2.      Dinegara maju, penggunaan GTO hanya 40% dari total gardu yang dioperasikan, sehingga petugas pultol masih memiliki porsi yang cukup besar dibidang pelayanan ini di Negara maju sekalipun.Hal ini disampaikan pada saat launching GTO oleh Dirut PT. Jasa Marga saat itu Frans Sunito melalui detik.com, sehingga kekhawatiran akan pemangkasan karyawan tidak terbukti, apalagi PT. Jasa Marga adalah perusahaan yang terus berkembang sehingga kebutuhan akan karywan terus ada.
Penggunaan GTO (Gardu Tol Otomatis) juga menjadi hal istimewa untuk perusahaan jalan tol. Keistimewaan ini menyangkut banyak hal, mulai dari Jalur yang istimewa, Alat pembayaran yang istimewa, sampai perilaku Pengguna Jalan yang sangat istimewa, Hal- hal tersebut pun dijadikan “parodi” dikalangan internal dengan menjadikan transformasi istilah yang mana dulu dikenal dan dimulai dengan sitem OTG (Orang Tanpa Gardu)atau JBL (Jemput Bola) lalu menjadi GTO (Gardu Tol Otomatis) lalu setelah diterapkan malah berubah menjadi GOT (Gardu Orang Teler), ini dikarenakan pemakai jalan sering salah masuk jalur,sehingga dianggap sedang tidak sadar/teler. Untuk itu, edukasi menjadi hal yang sangat penting dalam mengatasi persoalan ini.
Kecakapan petugas dalam pengaaplikasian teknologi yang baru menjadi hal yang diharuskan, maka atas dasar itu, perusahaaan hendaklah memberikan pelatihan khusus yang lebih intens dan detail, karena dengan hal tersebut akan terjadi alih teknologi(transfer of knowledge) yang mungkin suatu saat nanti perusahaan akan memproduksi dan memiliki teknologi sendiri dalam bidang pengumpulan tol.
Untuk memperoleh perubahan yang signifikan dan memiliki daya dobrak untuk momentum perubahan pola pikir (mindset) pultol yang konvensional bahkan cenderung kaku yang secara langsung maupun tidak langsung akibat penggunaan istilah  “pelayan” oleh perusahaan, maka diperlukan usaha untuk menjadikan petugas pultol menjadi modern dengan berbasis edukasi.
Istilah “Pelayan” yang selama ini menjadi “doktrin” yang digunakan bagian operasional pengumpul tol untuk petugas pultol.Dikarenakan sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa pultol wajib memberikan pelayana yang sempurna Tetapi, apakah istilah “pelayan” itu masih relevan pada saat ini, yang notabene zaman modern yang dituntut untuk memberikan yang terbaik, hal ini perlu dikritisi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “pelayan” mengandung arti; orang yang melayani, babu, pembantu.Secara awam bisa dikatakan pelayan itu bodoh, tidak berpendidikan, hal-hal seperti inilah yang seharusnya menjadi catatan penting karena ini sebagai filosofi dasar perusahaan ini.
Untuk memberikan kesan dan semangat baik dan optimis dalam bersaing dalam bidang pengoperasian jalan tol, hendaklah penggunaan istilah “pelayan’ dirubah. Perubahan ini diciptakan untuk menjadikan momentum dalam menghadapi persaingan di dunia modern saat ini, dengan penggunaan istilah-istilah yang bersifat optimis diharapkan para karyawan khususnya pultol akan memiliki hasrat untuk lebih baik dalam bekerja.
Sebagai pengganti istilah “pelayan”, sebuah istilah yang cukup unik untuk menggantiikannya adalah “Pramumarga”, yakni istilah yang dapat diartikan sebagai petugas jalan tol yang berkinerja ekselen, professional dan educated. Sehingga timbul rasa percaya diri pada diri pultol dengan menganggap diri sebagai petugas yang terbaik, dibidangnya, menganggap dirinya terpelajar, sehingga setiap aktifitas didalam maupun diluar pekerjaan akan diisi oleh jiwa professionalisme yang tinngi, memiliki kreativitas dalam perbaikan berkesinambungan (Continual Improving) yang secara langsung maupun tidak langsung akan menghasilkan kinerja yang ekselen dan akan berkontribusi meningkatkan performa perusahaan secara umum.
Dalam konteks pengalaman karyawan khususnya pultol, PT. Jasa Marga sebagai pioneer dalam pembangunan dan pengoperasia jalan tol di Indonesia memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan perusahaan yang bergerak dalam bidang jalan tol saat ini, karena bisa dikatakan PT. Jasa Marga sebagai peletak dasar sistem-sistem yang sudah berjalan sekarang.Apalagi dengan segudang Serifikat Internasional dan berbagai penghargaan yang diraih maka nilai jual karyawan pada umumnya dan pulol pada khususnya sangat wajar jika diberikan standar kesejahteraan yang tinggi.
Karena sampai saat ini banyak pihak yang beranggapan kesejahteraan adalah pendekatan terbaik dalam meningkatkan kinerja karyawan. Maka dari itu, ketika petugas pultol memperoleh tingkat kesejahteraan yang baik, maka peluang untuk aktulisasi diri lebih terbuka, jika aktualisasi bergerak pada hal yang positif maka disana akan tercipta ruang-ruang edukasi yang pada akhirnya menciptakan pribadi yang berfikir modern. Ketika berfikir modern dengan didasari dengan kaidah-kaidah edukasi maka Integritas dan Profesionalisme menjadi nilai yang takkan terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari maupun saat melakukan tugas.



No comments:

Post a Comment