Sunday, March 6, 2011

Pintar Tidak Cukup

Pintar, bagi sebagian pemikiran orang adalah sebuah syarat yang menjadi faktor penentu sebuah ketangguhan seseorang.Karena pintar seseorang bisa mengetahui suatu permasalahan, karena pintar pula seseorang bisa mempengaruhi orang lain, dan karena pintar pula seseorang bisa menjadi amat sangat percaya diri.


Dalam suatu organisasi/perusahaan tentu banyaklah orang pintar. Terlepas dari sok pintar atau memang pintar dalam arti seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas, mempunyai kerangka berfikir yang baik, dan objektif dalam menyikapi suatu permasalahan.Namun, tanpa disadari pintarlah yang bisa menjadi sebuah mata pisau yang memiliki dua mata sisi. Sisi pertama adalah sebuah kunci sukses, dan sisi lainnya adalah lubang sebuah kegagalan.

Charles Xavier, tokoh pentolan dalam komik serial marvel X-Men, pernah berkata, "Jika mempunyai kekuatan, maka janganlah kekuatan yang mengendalikan dirimu!". Artinya, sebuah kekuatan(pintar-red) yang tidak terkelola dengan baik maka akan menjadi suatu hal yang bisa merugikan, sebaliknya jika kekuatan yang terkelola dengan baik maka akan tercipta sebuah kunci kesuksesan.

Dalam perspektif hubungan kerja antara sesama karyawan tampaknya seseorang yang memiliki kelebihan kepintaran tampaknya menarik bila diamati, baik dalam rekam jejak, karier, atau hal yang lain, yang membuat kita bisa menilai bahwa sebenarnya pintar seperti apakah yang dapat diapresiasi, baik oleh sesama karyawan atau dengan karyawan/manajemen.

Yang saya ingin bahas dalam tulisan ini adalah seseorang "merasa" yang memiliki kepintaran berfikir, tetapi tidak pintar bersikap tentang apa yang dipikirkan. Pintar berfikir tampaknya akan sia-sia jika tidak memiliki kecakapan dalam menyampaikan pemikiran yang brilian, subtansi yang dimaksud tentu akan sulit ditangkap oleh sebagian besar orang yang tidak pintar, itu dengan catatan tujuan yang dicapai memang hal yang baik.

Seseorang yang pintar semestinya bisa menempatkan diri, konteks, dan keadaan, jadi tidak gegabah dalam menyampaikan pemikirannya. Dan, suatu hal penting yang wajib dimiliki seorang yang pintar adalah integritas. Integritas ,menjadi sebuah keharusan sebagai tolak ukur seseorang untuk bisa membuktikan pemikirannya. Jadi, sangat amatlah sulit menerima pemikiran seseorang yang tidak memiliki integritas. kalau memang seseorang yang merasa dirinya pintar tetapi tidak mempunyai kriteria yang diharuskan hendaknya diam.

Akibat dari sikap pintar tanpa integritas dan kecakapan dalam menempatkan diri, konteks, dan keadaan, pemikirannya akan menjadi sebuah argumen dengan dalil pemikirannya sendiri, dan lebih dari itu bisa berakibat sebuah provokasi lalu timbulah apa yang disebut konflik.
Jika memang seseorang pintar, pasti dia akan meminimalkan konflik, tidak dengan membuat sebuah konflik, karena dengan adanya konflik energi akan terbuang, tetapi jika konflik tidak dapat dihindari maka selesaikan dengan baik tanpa merasa pintar.
Jika memang pintar maka seseorang akan mengerti fungsi, posisi, dan porsi yang ia miliki. Jangan pernah menilai apa yang tidak harus dia nilai, jangan merendah untuk menunjukan kualitasnya dirinya, dan jangan pernah mengatakan seseorang sombong dan egois tanpa menyadari betapa sombong dan egoisnya diri sendiri.Dan jika memang pintar dia tidak akan mementingkan hal yang tidak penting menjadi hal yang penting, begitu pun sebaliknya, dan orang pintar itu tidak selamanya benar, apalagi seseorang yang merasa pintar.

Kesimpulannya seseorang yang pintar adalah seseorang yang dapat menyampaikan pemikirannya dengan tepat sasaran, tidak gegabah, tidak "merasa" pintar, dan yang paling penting adalah mempunyai integritas. Karena seseorang yang mempunyai pemikiran atau mempunyai mempunyai misi, walaupun misi tersebut sangat brilian sekalipun, jika tidak dapat menggapai tujuan dari misinya maka itu dikatakan gagal, terlebih jika akan menimbulkan konflik ( bukan meminimalkan ) maka orang tersebuat bukanlah seseorang yang pintar, tetapi seseorang yang BODOH.

Semua analisa diasumsikan jika seseorang yang merasa pintar memiliki tujuan yang baik, jika tidak mempunyai tujuan yang tidak baik, maka semua analisa tersebut salah total.

2 comments:

  1. icaL_ygbeLumpintarMarch 7, 2011 at 6:45 AM

    saya tertarik untuk sedikit meLontarkan pendapat saya tentang tuLisan di atas ; pintar diatas mungkin seharusnya mengajak (membuat) orang Lain menjadi pintar. Integritas sangat diperLukan karena khaLayak akan meniLai seseorang tdk semata karna kepintaranya,meLainkan contoh tindakan yg diLihat secara nyata dan menghasiLkan sesuatu yg positif dr tindakannya itu.
    Mengenai sebuah pernyataan(ide/gagasan) ; untuk mencapai keberhasiLan dr tujuan pernyataan tersebut diperLukan 3 eLemen ; yaitu : 1. Pernyataan (ide/gagasan) yang baik,
    2. Cara penyampain yang baik,dan
    3. Penerimaan yang baik
    baruLah akan di hasihkan sesuatu pernyataan yg baik, apabiLa ketiganya tidak terangkum, maka pernyataan tersebut bisa jadi akan menjadi tidak baik.
    Dan untuk meLakukan suatu perubahan di dalam organisasi, hendaknya bicarakan berdasarkan musyawarah mufakad. Agar nantinya menghasiLkan perubahan(kebaikan) bersama,tanpa ada yang merasa Lebih pintar atau merasa tidak di indahkan daLam organisasi tersebut.

    Lalu kesimpuLannya ; Pada hemat saya, sangat diperlukan orang PINTAR di dalam sebuah organisasi. Tujuannya agar dapat menuntun yang tidak PINTAR dengan contoh tindakan (integritas) dan di perlukannya musyawarah, agar semua aspirasi dapat terangkum.

    ReplyDelete